Laporan SPT pertama saya

Semua ini berawal dari group alumni SMA N 4 Semarang di facebook, yang merencanakan reuni lagi.

Kawan saya, yang bekerja di dirjen pajak mengingatkan kami untuk segera melaporkan SPT bagi yang sudah mempunyai NPWP, naahh... saya lah salah satunya. Langsung saya tanyakan bagaimana tata cara penyampaian SPT itu.
NPWP milik saya

Ketika saya memberitahukan kepada teman kerja saya, yang sama-sama punya NPWP, dia langsung mendadak heboh, banyak sekali pertanyaan, karena gaji bulanan kita tidak pernah dipotong pajak. Entah kenapa saya jadi ikut-ikutan membayangkan yang tidak-tidak. Menurut teman saya juga, batas penghasilan kena pajak adalah Rp 15.840.000/tahun. Kami mendadak takut ditangkap polisi lah, takut didenda ini itu lah hahahahaha.


Sebenarnya saya membuat NPWP juga karena rencana konyol: Ingin backpackeran ke Kuala Lumpur biar gak bayar fiskal :p (saya pikir itu gak konyol tapi)

Nah,,, jadilah saya pusing tuju keliling. Sampai tadi pagi, 29 Maret 2011. jam 8 pagi saya sudah ada di kantor pajak, meminta formulis SPT berikut buku petunjuk pengisian.

Terburu ke kantor, dan lapar saya dan teman saya langsung pulang dan berniat mengisi SPT di kantor. Ternyataa....kami betul-betul gak ngerti apa yang tertulis di SPT dan buku petunjuk, pusing seketika!!!

Teman kerja saya yang lain tertawa-tawa melihat kami kebingungan, dan sepertinya dari wajahnya tapak seperti berkata "rasain, untung aku gak punya NPWP". Melihat dia begitu, kami mendadak sombong. "hei, kita adalah supervisor disini, kalau kuesioner gila itu bisa kita taklukkan kita pasti bisa mengisi SPT ini"

Tapi ternyataa....

buku petunjukknya tidak lengkap!!!! banyak istilah tidak dijelaskan dalam buku petunjuk, hei, bagaimana kami bisa mengerti?!!

Hopeless, kami hanya mengisi kolom NPWP dan nama, lalu kami kembali ke kantor pajak, berniat mau menanyakan. untung di loket penyerahan SPT terdapat bagian konsultasi, nah jadilah kami mengisi SPT di bagian konsultasi itu.

Ternyata, batas penghasilan kena pajak 15,8 juta adalah setelah dikalikan norma pajak 35 persen (untuk freelance norma pajaknya sebesar itu) hasilnya? tentu saja penghasilan kena pajak kami masih jauh dibawah itu hahaha. Pajak kami NIHIL.

Kami pulang dengan tertawa-tawa, berbahagia karena kami belom harus membayar pajak. dan sepanjang jalan ke kantor kami bergosip tentang oknum-oknum pemangkir pajak, kami pusing membayangkan berapa angka nol yang dimiliki pemangkir itu kalau dia menunggak pajak sekian milyar.

Yang saya heran, apa dia gak malu ya gak mau bayar pajak. Pajak itu persentasenya kecil sekali looh dari pendapatan kita, ckckckck...


Hari ini saya merasa bangga sama diri saya sendiri, saya merasa sebagai warga negara yang baik. Saya sempat berpikir kok negara kejam banget majekin saya yang gajinya cuma cukup buat hidup bujangan. Ternyata enggak, sebagai freelance saya harus punya penghasilan lebih dari 50juta pertahun baru saya suruh bayar pajak yang totalnya cuam 800.000 saja. jumlah itu gak seberapa kaaan?

Saya juga gak peduli kalau kelak saya sudah harus bayar pajak, pajak saya lantas diselewengkan. Itu sih urusan mereka, saya gak mau cari perkara dengan tidak sesuai aturan. Apalagi biasanya pelanggar aturan yang terkena hukuman adalah orang-orang yang gak punya power buat menyogok ini itu. So, hari gini gak lapor SPT? Apa kata dunia?

Oia, tadi setelah saya terima bukti pelaporan SPT, mbak-mbak di loket bilang sama saya "Tahun depan, lapor lagi ya mbak" :D

0 Responses

Post a Comment