Pantai Drini, Awal Cerita Kami


Pantai ini punya sejuta cerita buat saya. Dari kelas 2 SMA saya sudah tau tentang pantai Drini. Dan pada Febuari 2008 saya baru sempat sampai disana. Jadi dulu, mantan pacar saya pernah punya keinginan mengajak saya berlibur kesana. Karena kabur ke luar kota (ke jogja dari semarang) kala itu belum pernah terlintas di benak saya, maka rencana itu belum pernah terealisasi. Tapi saya sudah sanggup membayangkan keindahan pantai ini dari cerita mantan pacar saya itu, deburan ombak besar yang menabrak karang (khas pantai selatan) dan ada bagian pantai yang tidak terjamah ombak besar karena landai, pasir yang putih dll.

Beberapa tahun kemudian, Febuari 2008 (saya SMA kelas 2 tahun 2003-2004,dan saya sudah lupa dengan pantai ini. Tidak sengaja sebenarnya saya kemari, diajak seorang lelaki yang sedang pedekate sama saya hehehehe.. Menemaninya bersama teman-temannya yang akan megambil sampel pasir dan air laut untuk riset TA-nya.

Target operasi pengambilan sampel adalah pantai-pantai di Gunung Kidul. Pagi hari kami berangkat. Beramai-ramai, padahal yang punya kepentingan Cuma dua orang hahahaha. Saya dijemput di kos jam setengah 8 pagi. Kumpul di kampus D3 Sipil UGM. Ternyata saya cewe sendiri hyaaahhh.... saya sih gak masalah, toh jenis kelamin saya, menurut beberapa orang, fleksibel :p


Kami berangkat sejam kemudian, biasa, ada yang molor. Total perjalanan kota jogja-gunung kidul sekitar 2 jam. Sampai di jalan wonosari salah satu kawan saya ada yang ban motornya bocor. Menunggu lagi. Setelah keluar dari pusat kota wonosari, motor yang saya tumpangi bersama cowo yang naksir saya itu (PD gila) ditilang pak polisi, gara-garanya: Kaca spion motor kecil!! Hahahaha, waktu itu sedang gencar digalakkannya spion standar. Kena deh 20 ribu hehehe...

Awalnya, kami ke pantai baron, hanya sebentar karena gak jadi ambil pasir disana, gak tau th apa alasannya. Lanjut perjalanan, entah kemana, tiba-tiba saya sudah sampai ke pantai yang indah, DeJavu.... entah kenapa sepertinya kok saya pernah kemari, tapi saya lupa dimana. Tanya ke teman ternyata ini pantai drini hwaaahhh.... keingetan mantan saya deeehhh :p


Ada satu bagian pantai yang tenang, ada bangian yang tidak henti diserang ombak besar pantai selatan. Kedua bagian itu terpisah oleh bukit karang yang tinggi dimana sudah disediakan tangga untuk memanjatnya. Fokus saya dan cowo yang naksir saya itu langsung tertuju ke bukit karang itu, dia langsung mengajak saya keatas sana.

Karang ini rimbun sekali oleh pepohonan pantai, dari bawah, saya melihat seperti puing bangunan dan menara pandang diatasnya. Sampai diatas, woooowww, Subhanallah, pemandangan diatas sini luar biasa, saya diam terpaku, saya cinta laut. Saya suka termenung memandang ombak dan laut yang luas, itu membuat saya sangat tenang.



Lama kami berdua diatas karang itu terdiam, saya memandang laut dan tidak peduli dengan orang disamping saya, sepertinya dia mati gaya. Karena biasanya yang memulai obrolan itu saya. Sebenarnya saya kenal dengannya sewaktu awal kuliah, dan baru kembali dekat 2 tahun kemudian, tanpa sengaja, ada kuasa Tuhan didalamnya, misteri, tapi sangat indah....

Saya yang menyadari anehnya kediaman ini, lantas mengajaknya mengobrol panjang lebar, bercerita tentang kegiatan seminggu sebelumnya dimana kami berlibur ke bali. Suasana mulai cair. Teman-teman kami yang lain datang, suasana jadi semakin heboh, mereka sudah selesai mengambil pasir dan air laut untuk sampel riset. Kami lantas berfoto ramai-ramai dan tertawa-tawa menikmati keindahan semua yang ada di depan kami.






Tidak lama, gerombolan lelaki itu ngiler melihat air, dari wajah-wajahnya sepertinya mereka ingin terjun dari atas karang ini dan nyemplung ke laut... tapi untung mereka masih ingat kalau nyawa mereka Cuma satu, akhirnya mereka turun. Berniat gabung, tapi saya ditahan sama si cowo yg naksir saya itu (Tuhan, jantung saya berdebar. Tingkat GR saya ada pada titik maksimal)

Tangannnya dingin,,,
Jantung saya berdebar,
Dia keringetan (syaa gak tau itu keringat grogi atau keringat panas cuaca)
Jantung saya makin berdebar..

Gak usah saya ceritakan detailnya, saya yakin semua sudah tau :p

Dan heeii, akhirnya saya punya pacar lagi hahahaha

Selanjutnya, suasana benar-benar cair, 4 bulan pedekate setelah 2 tahun kami sekedar mengenal...







Tempat ini adalah favorit kami... Saya, dan Afret Nobel

Hari itu masih dilanjutkan dengan makan ikan di pantai kukup, pulang kehujanan dan sampai jogja menjelang magrib. Sehabis magrib saya diantar pulang, katanya ”Dinda, terimakasih ya sudah mau seharian bersamaku”


Selengkapnya...

Laporan SPT pertama saya

Semua ini berawal dari group alumni SMA N 4 Semarang di facebook, yang merencanakan reuni lagi.

Kawan saya, yang bekerja di dirjen pajak mengingatkan kami untuk segera melaporkan SPT bagi yang sudah mempunyai NPWP, naahh... saya lah salah satunya. Langsung saya tanyakan bagaimana tata cara penyampaian SPT itu.
NPWP milik saya

Ketika saya memberitahukan kepada teman kerja saya, yang sama-sama punya NPWP, dia langsung mendadak heboh, banyak sekali pertanyaan, karena gaji bulanan kita tidak pernah dipotong pajak. Entah kenapa saya jadi ikut-ikutan membayangkan yang tidak-tidak. Menurut teman saya juga, batas penghasilan kena pajak adalah Rp 15.840.000/tahun. Kami mendadak takut ditangkap polisi lah, takut didenda ini itu lah hahahahaha.


Sebenarnya saya membuat NPWP juga karena rencana konyol: Ingin backpackeran ke Kuala Lumpur biar gak bayar fiskal :p (saya pikir itu gak konyol tapi)

Nah,,, jadilah saya pusing tuju keliling. Sampai tadi pagi, 29 Maret 2011. jam 8 pagi saya sudah ada di kantor pajak, meminta formulis SPT berikut buku petunjuk pengisian.

Terburu ke kantor, dan lapar saya dan teman saya langsung pulang dan berniat mengisi SPT di kantor. Ternyataa....kami betul-betul gak ngerti apa yang tertulis di SPT dan buku petunjuk, pusing seketika!!!

Teman kerja saya yang lain tertawa-tawa melihat kami kebingungan, dan sepertinya dari wajahnya tapak seperti berkata "rasain, untung aku gak punya NPWP". Melihat dia begitu, kami mendadak sombong. "hei, kita adalah supervisor disini, kalau kuesioner gila itu bisa kita taklukkan kita pasti bisa mengisi SPT ini"

Tapi ternyataa....

buku petunjukknya tidak lengkap!!!! banyak istilah tidak dijelaskan dalam buku petunjuk, hei, bagaimana kami bisa mengerti?!!

Hopeless, kami hanya mengisi kolom NPWP dan nama, lalu kami kembali ke kantor pajak, berniat mau menanyakan. untung di loket penyerahan SPT terdapat bagian konsultasi, nah jadilah kami mengisi SPT di bagian konsultasi itu.

Ternyata, batas penghasilan kena pajak 15,8 juta adalah setelah dikalikan norma pajak 35 persen (untuk freelance norma pajaknya sebesar itu) hasilnya? tentu saja penghasilan kena pajak kami masih jauh dibawah itu hahaha. Pajak kami NIHIL.

Kami pulang dengan tertawa-tawa, berbahagia karena kami belom harus membayar pajak. dan sepanjang jalan ke kantor kami bergosip tentang oknum-oknum pemangkir pajak, kami pusing membayangkan berapa angka nol yang dimiliki pemangkir itu kalau dia menunggak pajak sekian milyar.

Yang saya heran, apa dia gak malu ya gak mau bayar pajak. Pajak itu persentasenya kecil sekali looh dari pendapatan kita, ckckckck...


Hari ini saya merasa bangga sama diri saya sendiri, saya merasa sebagai warga negara yang baik. Saya sempat berpikir kok negara kejam banget majekin saya yang gajinya cuma cukup buat hidup bujangan. Ternyata enggak, sebagai freelance saya harus punya penghasilan lebih dari 50juta pertahun baru saya suruh bayar pajak yang totalnya cuam 800.000 saja. jumlah itu gak seberapa kaaan?

Saya juga gak peduli kalau kelak saya sudah harus bayar pajak, pajak saya lantas diselewengkan. Itu sih urusan mereka, saya gak mau cari perkara dengan tidak sesuai aturan. Apalagi biasanya pelanggar aturan yang terkena hukuman adalah orang-orang yang gak punya power buat menyogok ini itu. So, hari gini gak lapor SPT? Apa kata dunia?

Oia, tadi setelah saya terima bukti pelaporan SPT, mbak-mbak di loket bilang sama saya "Tahun depan, lapor lagi ya mbak" :D

Selengkapnya...

EloProgo Art House

Kalau pernah ke borobudur pasti tau jika di kawasan borobudur banyak terdapat barang-barang kesenian. Sebagian memang didatangkan dari jogja, tapi ada juga yang berasal dari sekitar kawasan candi.

Juni-Agustus 2008
Saya bertugas sebagai mahasiswa KKN di salah satu desa wisata di kecamatan borobudur, desa Wanurejo. Tidak banyak orang dengar, karena pamornya kalah oleh desa tetangga: desa Candirejo, saya pernah melihat liputan tentang celebrity on vacation di candirejo. Padahal untuk menuju ke candirejo pasti melewati wanurejo loh..

Apa sih keistimewaan desa KKN saya itu? Saya gak akan membandingkan yaa, sebenarnya banyak hal menarik. Satu dulu saya ceritakan: ELO-PROGO ART HOUSE.


Berlokasi di dusun Bejen, desa Wanurejo. Sebenarnya tim KKN kami tidak ditugaskan ke dusun ini, tapi karena tugas kami kala itu adalah mengembangkan potensi wisata desa wanurejo maka sedikit banyak kami mengetahui tentang spot-spot wisata menarik disini.

Dinamakan elo-progo karena art house ini persis berlokasi ditepi pertemuan sungai elo dan sungai progo. Fotonya? Hmmm, sayang sekali saya tidak berhasil menemukan foto-foto KKN milik teman-teman saya dulu, sewaktu saya kesana tempat yang menuju pertemuan dua sungai itu terpagar. Karena untuk menyimpan bubu raksasa rekor muri. Saya hanya melihat dari jauh, tapi saya beruntung sempat mengarung di pertemuan dua sungai itu. Sehari sebelum penarikan KKN saya dan teman-teman rafting di sungai elo dan finish di sungai progo atas tepat di kawasan elo progo art ini :D



Nah, karena tempatnya agak rumit jika berkunjung ke wanurejo bisa bertanya kepada penduduk sekitar. Tanya saja mau ke elo progo, atau ke tempat pak sony di bejen. Semua sudah tau. Nama pemilik elo progo ini adalah pak sony santoso. Saya waktu itu tidak sempat bertemu beliau, tapi beberapa teman saya yang memang mempunyai program kerja di tampat itu tentu saja pernah menemuinya.



Disini banyak dipajang karya lukis dari pak sony, seminggu 3 kali juga diadakan latihan menari untuk anak-anak. Ada juga rumah nyentrik yang tersusun dari bata-bata. Suasananya asri, dengan suara air mengalir. Hmmm....





Tepat sekali karena saya berkunjung kesana dalam rangka melepas penat bersama teman-teman satu pondokan. Intinya, sore itu kami refreshing karena ketegangan kami menjalani program kerja KKN. Saya menyesal tidak bisa mendapatkan hasil foto tim promosi KKN kami waktu itu dan membaginya kesini.

Masuknya gratis kok, tidak dipungut biaya, penduduk sekitar juga sering keluar masuk tempat ini, sore itu saya melihat sebuah keluarga yang body rafting disungai progo, wuiiiihhh, rasanya pengen ikutan nyemplung, airnya gak keruh sih..

Lain kali saya ingin berkunjung kesana lagi, mungkin mencari foto-foto yang lebih cakep dari yang disini, waktu itu bener2 asal jepret saja :( eh, jangan heran kalo difoto itu saya sama si mas yaah,, saya gak satu KKN sama mas kok, dia cuma menjenguk saya, gak betah kali saya tinggal lama-lama hahahahahaha

Nah, kalo mau tau lebih jauh tentang eloprogo art >>> Kesini
foto-foto yang lebih oke >>> disini



Ibu-ibu sub unit dusun Tingal Kulon: Anggita-saya-disty-astri-anis

Foto favorit saya, hasil karya anis :)


Selengkapnya...

Suatu Hari di Gerilya

Ini adalah kali pertama saya terlibat dalam proyek penelitian besar. Biasanya saya Cuma ikut riset kecil-kecilan di kampus, jurusan atau serabutan dimana-mana. Saya sudah menjalani profesi sebagai freelance (hahahaha) sejak awal-awal kuliah.

Saya sering menjadi enumerator/ tukang Tanya. Disini saya merintis karir (halah) sebagai data entry. Awal-awal saya mengalami banyak kesulitan. Tapi, saya banyak dibantu rekan-rekan satu tim saya yang memang sudah punya banyak pengalaman dan sabar.

Saya menurut sebagian orang sangat ekspresif dan cenderung emosional. Dalam pekerjaan jadi terkesan galak hahaha. Beruntung teman-teman saya bias mengimbangi dan masih sanggup mencandai saya yang terkadang bête karena program yang mogok jalan atau kesalahan pengisian kuesioner.

Pada suatu hari,,




Kejadian ini terjadi di beskem kami di Jl. Gerilya, Semarinda. Semalam sebelumnya saya yang teralu lelah memilih untuk tidur lebih cepat. Saya tau beberapa teman enum, supervisor dan partner entry data saya rebut sampai malam. Tapi saya gak peduli, saya capek. Bangun pagi, setelah subuh saya langsung bekerja. Menjelang jam 9 teman-teman enum mulai berisik dan heboh di ruang tamu, ruang kerja saya (tepatnya tempat saya nongkrong) berada di ruang tengah tepat terpisah tembok dengan ruang tamu temat teman-teman enum berdiskusi. Saya masih gak peduli, pekerjaan saya banyak. Sementara partner entri data saya tidur (dia memang kalo kerja malam). Semakin siang mereka semakin rebut saja dan tertawa-tawa. Sepertinya mereka meributkan warning dari supervisor kami yang biasa tertempel di dinding.

Karena semakin lama semakin ribut dan hore (mereka tertawa-tawa bahagia sekali) saya jadi penasaran. Ternyata ini biang keroknya:



Hwahahahahahaha, saya seketika melirik supervisor saya (mas wisnu) dia tetap kalem saja. Poin yang buat saya tertawa terbahak ada 3: pertama, soal salah satu enum yang aman selalu (dia gebetan mas wisnu) dan kedua poin mister X yang disuruh menemui saya dibalik tembok (mster X adalah enum yang sering sekali saya marahi), ketiga soal timbangan yang rusak karena uline (uline adalah enum yang menjadi objek penderita karena badannya yang sedikit subur)

Usut punya usut ternyata tulisan itu adalah hasil keisengan salah satu enum yang berhasil menirukan anda tangan mas wisnu hahahahahahaha. Sederhana, tapi itu sanggup membuat beberapa enum kelabakan karena mengira pekerjaannya tidak beres hahahahahahaha. Jidong, u’re Rock!!! \m/(^.^)\m/ 
Selengkapnya...

Songket/Sarung Tenun Samarinda

Kalo ditanya apa yang terkenal dari samarinda mungkin sebagian besar menjawab songket/sarung Samarinda. Nah, di kunjungan pertama saya di ibukota kaltim ini (april 2009) saya diajak oleh supervisor saya (waktu itu saya masih jadi data entry) menjelajah salah satu yang khas di Samarinda.

Tujuan saya adalah kecamatan Samarinda Seberang, dari namanya terbayang letaknya yang memang di seberang sungai Mahakam. Kota samarinda sendiri terbelah oleh sungai Mahakam, dan ketika itu hanya ada satu akses ke samarinda seberang : Jembaan Mahakam. Jembatan itu menjadi satu-satunya penghubung pusat kota samarinda dengan kecamatan-kecamatan lain di seberang sungai. Sebenarnya ada jembatan lain yang belum dibuka, yaitu jembatan mahulu. (Jembatan Mahulu baru resmi dibuka pada tahun 2010)




Hari itu saya memang berencana melakukan supervisi teman-teman enum di daerah samarinda seberang (sekalian jalan-jalan tentunya). Setelah sedikit melihat-lihat daerah sengkotek, saya bersama supervisor saya melanjutkan perjalanan ke Jl. P. Bendahara, Gg. Pertenunan, Samarinda seberang. Disanalah pusat songket samarinda. 

Gg. Pertenunan adalah sebuah perkampungan yang berdiri diatas rawa yang juga tidak jauh dari sungai Mahakam. Jalan masuknya tersusun dari kayu, tentu saja rumah-rumahnya berbentuk semacam rumah panggung. Motor saya parkir di tepi jalan P. Bendahara, agar kami tidak repot berjalan di gang yang sempit itu. Sekitar 20 meter kedalam saya mulai mendengar irama kayu beradu. Seperti yang diceritakan supervisor saya itu suara alat tenun tradisional. Sebagian besar penduduk di gang pertenunan ini berprofesi sebagai penenun sarung. Jika pagi atau sore hari suara alat tenun tradisional itu riuh sekali, tapi indah. 
Salah satu penduduk gg. pertenunan membuat sarung motif kotak-kotak

Satu kain dibuat sekitar 1-2 minggu

Gang pertenunan cukup padat, dan bukan tidak mungkin ada orang yang nyasar disini, gangnya rumit dan banyak hehe. Hasil riset pribadi field supervisor tim kami sarung samarinda ini sebenarnya bukan benar-benar asli kota ini. Para penenun adalah migran bugis yang berpindah ke Kalimantan timur. Ya, hampir semua penghuni gang pertenunan adalah orang bugis. Saya sudah cerita kan kalau di samarinda teebentuk kantong-kantong migrant dari daerah tertentu juga pengelompokan pekerjaan menurut daerah asalnya? Gang pertenunan inilah salah satunya.

Lalu apakah motif kain sama dengan sarung bugis asli dari Sulawesi? Tentu tidak. Untuk motif sudah dimodifikasi khas kaltim, bunga-bunga besar dengan warna-warna mencolok. Khasnya sih warna ungu. Tapi ada juga motif kotak-kotak biasa.
Sarung motig yang rumit dibuat sekitar 2-3 minggu

Saya beruntung sempat mengobrol banyak dengan salah satu penenun disana. Untuk harga sarung yang motif kotak-kotak biasa dihargai Rp 150.000 sedangkan untuk yang motifnya rumit seharga Rp 300.000. ada juga yang sepasang untuk laki-laki perempuan seharga Rp 500.000. murah bukan? Langsung di pembuatnya sih. Padahal pembuatan satu sarung bisa memakan waktu 2 minggu loh. saya diberitahu bagaimana cara membedakan sarung tenun asli dan hasil tenun mesin. Menurut pembuatnya, tenun handmade cenderung kasar daripada buatan mesin, dan dalam satu sarung pasti ada sambungannya, karena 1 sarung tidak mungkin terdiri dari 1 lembar kain. Beratnya juga lebih dibandingkan hasil tenun mesin. 
Motif dan warna sarung khas samarinda, agak hore tapi cantik :D

Cara merawatnya? Tidak boleh dicuci pake sabun/detergen, nanti rusak. Selain itu kain juga tidak boleh diperas. Kalo mampu sih mending dry clean saja hehehe. Oia, harga untuk songket tenun mesin adalah Rp 70.000 termasuk selendang. Bisa dibeli da pasar pagi dekat pelabuhan samarinda. Saya sempat membelinya di tahun 2010, yang tenun mesin tentunya karena saya gak punya uang. Kain itu yang saya pakai di waktu wisuda. Cantik sekali loohh… :D
Selengkapnya...

Samarinda the 1st trip.

April 2009,

Saatnya menjelajah Samarinda!! Jadwal hari ini adalah try out wawancara untuk para enumerator, jadi saya masih belum punya pekerjaan. Hey, ini kesempatan menjelajah kota, sekalian supervisi enum hehehehe.

Kawasan yang kami eksekusi adalah yang tidak jauh dari beskem kami di Jl. Gerilya Samarinda, yaitu Jl. Otto Iskandardinata. Dari beskem, kami menuju sungai karang mumus, menyusuri tepinya, sampai ke pasar lalu berbelok ke arah kiri. Karena sudah siang kami mampir makan siang. Beli sate dan minum es.
Sungai Karang Mumus, salah satu anak sungai Mahakam, kadang sering bikin banjir juga kalau meluap


Di Samarinda ini saya merasa seperti di rumah, karena banyak sekali migran yang berasal dari jawa, benar saja, penjualnya orang jawa timur dan pembeli yang saya temui berasal dari jawa tengah dan jogja. Hwahhh..klop lah sudah ngobrol ngalor ngidul.


Tapi saya gak lantas berlama-lama kok, panas juga. Setelah mengisi energi satu persatu teman-teman enumerator kami datangi, sambil melihat-lihat suasana permukiman penduduk. Kawasan ini cenderung padat. Jalan dan gang tersusun dari kayu karena kawasan ini didirikan diatas rawa, ada beberapa memang jalan yang disemen, terutama jalan utama.

Perkampungan di salah satu sudut Samarinda




Setelah berkeliling, ada satu kelompok enumerator yang belum saya temukan. Saya dan supervisor saya berniat mencari mereka setelah menanyakan nama dan alamat responden yang mereka wawancarai. Bertanya kesana kemari, kami sudah sampai di ujung kawasan ini (jl. Otista gg keluarga) katanya kawan kami berada di rumah bapak X diatas bukit (nama responden tidak boleh saya sebarkan), bener aja, rumahnya bener-bener yang paling puncak.... 
Banyak rumah penduduk diatas bukit

Dari atas sini, tampak aliran sungai mahakam

Model permukiman di Samarinda ini cenderung berkelompok, para migran/pendatang dari daerah tertentu menempati daerah tertentu pula. Seperti yang saya kunjungi kali ini, mayoritas penduduk adalah pendatang dari Buton. Di daerah lain, seperti di Samarinda seberang, Jl, Manunggal, mayoritas penduduk berasal dari Tana Toraja. Begitu pola permukiman disini, para migran dari daerah cenderung membentuk kantong-kantong migran. Dan yang menarik jenis pekerjaan mereka ini cenderung berbeda loh tiap daerahnya. Saya menemukan perkampungan pembuat bata (warga setempat menyebutnya pembataan) di daerah Gunung Tarap, dan pembuatnya berasal dari Madura. Kemudian, di kawasan sengkotek dimana banyak terdapat pabrik kayu, para pekerjanya mayoritas berasal dari Bima, NTB. Migran di Samarinda membentuk jaringan sosial mereka sendiri sekian lama, ini yang kemudian menghasilkan kelompok-kelompok di suatu kawasan dan jenis pekerjaan tertentu.

Lalu, apakah perbedaan-perbedaan ini menimbulkan konflik? Sama sekali tidak. Bukankah selama ini kita hampir tidak pernah mendengar adanya konflik di Kalimantan Timur bukan? Samarinda terutama.
*****

Back to the trip. Perjalanan mendaki gunung ini mengorbankan sandal saya, saya gak nyangka bakal menghadapi perjalanan seekstrim ini, gak cuma naek tangga, tapi gundukan-gundukan tanah. Dari depannya saja bisa keliatan sungai mahakam, bahkan islamic center di ujung sana, ckckckck. Bukannya saya manja, tapi salah kostum aja pake sandal cantik begini.
foto bersama anak-anak



Oia, saya disana sampai menjelang senja lagi, dan sekali lagi saya menyaksikan senja yang indah menghiasi kota tepian..
Selengkapnya...

Senja di Mahakam

April 2009,

Pertama kali saya ditugaskan ke luar Jawa. Jangan tanya soal perasaan, pasti girang bukan kepalang. Pertama kali saya dapat kerja tetap eeh langsung dibuang ke Kalimantan Timur hehehehe.

Singkatnya pagi itu saya berangkat, jam 6 pagi sudah di bandara, bersama 3 kawan satu tim ditambah bos besar saya. Pagi itu ternoda karena saya terlambat, kena marah saya di depan pacar saya uuhhh..malu hehe. Tapi biarlah,,

Kali kedua saya naek pesawat, jadi gak begitu norak :p
Tapi, begitu hampir mendarat saya mendadak norak, pengen liat kalimantan dari atas. Gak seperti dugaan saya, Kalimantan ternyata gak melulu hutan.



*****
Bandara Sepinggan, Balikpapan. 
Saya lupa omelan bos besar saya, senyum terkembang lebaar sekali, oleh supervisor (mas wisnu) saya disarankan melakukan upacara ’gedruk bumi’ yaitu menghentakkan kaki tiga kali. Menurutnya saya harus melakukan itu karena ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di bumi etam hahaha, sebenarnya ini hanya bercanda. Tapi karena saya terlalu senang sayapun melakukannya dengan penuh kebahagiaan.

Perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda masih sekitar 3 jam jalur darat. Kami dibagi dua mobil dan saya kebagian sama bu muji dan pak bos. Sepanjang jalan saya tidak bisa memejamkan mata. Rasanya saya ingin menjadi saksi tiap jengkal tanah Kalimantan. Tidak ada hutan lebat seperti bayangan saya, atau kebun-kebun sawit. Saya melewati bukit Soeharto, dan taman nasional Bukit Bangkirai (yang dua tahun kemudian, tahun 2011 saya kunjungi).

3 jam kemudian, saya sampai di Samarinda, pertama daang saya langsung disuguhi keelokan sungai terpanjang di Indonesia, Mahakam. Sungai sebesar itu baru pertama saya lihat.

*****
Karena saya kesana untuk bekerja, baru hari ketiga saya sempat berjalan-jalan. Sore hari setelah training saya dan teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan. Amanat bos besar saya juga, pak bos menyuruh teman-teman yang berasal dari Samarinda untuk menceburkan saya ke sungai mahakam hahahahaha, beliau bilang saya belum ke samarinda kalau belum berenang di mahakam.
Menanti senja di tepian mahakam 

Jadilah sore itu kami ke tepian (sebutan untuk taman disisi Mahakam).
Jika banyak orang tidak percaya pada cinta pada pandangan pertama, kali itu saya mengalaminya. Walaupun tepian berada persis di tepi jalan utama, saya tidak begitu merasakannya. Angin semilir, matahari yang hangat, suara tongkang pembawa batubara... Ini... INDAH... belum ketika senja datang, Subhanallaahhh.... Saya berikrar sore itu: saya cinta senja di tepi sungai Mahakam.
Senja di tepian Mahakam, Subhanallah..Indah yaa?

Foto yang saya ambil tampa editan sama sekali,,diambil dari kamera pocket biasa. Apa artinya? Itulah keindahan asli senja mahakam.
Teman saya bilang, kalau saya minum air mahakam saya pasti akan kembali kesini, apakah saya melakukannya? Hahahaha tentu tidak, nyatanya takdir membawa saya kembali beberapa kali



Selengkapnya...

Green School Bali

Sudah pernah berkunjung ke Bali? Hmmm...mungkin banyak yang sudah.

Tapi kalau ke Green School? Hehehe, saya mau bercerita sedikit tentang pengalaman saya disana.


Ini kali ketiga saya mengunjungi Bali, dan kali pertama saya tau sekaligus melihat Green School. Dari namanya sudah terbayang belum seperti apa sekolahnya? yang pertama kali terbayang di benak saya sih sekolah ini begitu ramah lingkungan. Dan saya gak salah... =D


***



"Welcome To Green School"


Tulisan kecil yang terukir pada bambu di sebelah kiri pintu gerbang green School. Nyentrik, itu kesan pertama saya, setelah itu saya terpana pada keasrian suasana di sini. Dari pintu masuk yang tampak adalah pos penjaga yang terbuat dari bambu, semacam kantin di samping lapangan, dan disebrangnya ada suara celotehan anak-anak serta irama bola basket dan decitan sepatu. Itu suara yang indah (Kangen maen basket mode: ON). Diujung pintu terdapat bangunan yang seluruhnya terbuat dari kayu.

Sembari menunggu tour saya bermain ayunan bambu disamping lapangan. Huwaaa...senangnyaaa!!! Sambil sekali-selaki ngeliat dari jauh anak-anak yang maen basket, setelah saya perhatikan kok banyak bule yaa, hei coachnya juga bule!! Kalo saat itu saya gak sedang menunggu tour pasti dengan gak tau malunya saya nimbrung latian sama om bule ganteng hohohoho...

An then, tours begin..

Kalo ini saya sukses melongo, bangunan yang saya kita kayu itu ternyata bambu. Bambu, bambu, bambu dimana-mana. AWESOME!!!! Saya dan teman-teman dipandu pengurus green school berkeliling, di satu sudut saya melihat sekelompok anak bule lagi belajar bernanyi, iihhh lucu-lucu banget deehh..!!


Suasana dari lantai dua, pasukan abu itu rombongan saya :)



Menurut ibu pengurus (maaf saya tidak menanyakan namanya) green school ini diperuntukkan untuk anak-anak ekspatriat yang tinggal dan bekerja di bali (pantas daritadi saya cuma liat bule) murid-murid dan guru-gurunya kebanyakan orang asing, meskipun ada beberapa yang pribumi. Tapi menurut ibu pengurus lagi, untuk orang pribumi masuk ke green school hanya bisa melalui program scholarship dan tesnya susah banget, biayanya juga mahal.

Sekolah ini adalah hasil pemikiran John Hardy, warga Kanada yang telah tinggal di Bali (Sumber) Dari info ibu pengurus, arsitek green school berasal dari UGM. Hooo...menurutnya lagi semua bagian bambu tidak ada yang terbuang. Ada yang menggunakan bambu petung sampai kepada akarnya, kemudian bambu yang tidak lurus digunakan untuk dinding, ada lagi yang digunakan untuk lantai dan tangga. Intinya, semua made by bamboo...!! mantap laahhh...

Bambu yang diambil sampai ke akar untuk tiang bangunan

Para perabot juga dari bambu
Bagian tengah green school






Nah, dari segi pendidikannya sekarang, menurut saya green school ini punya sisi unik sendiri. Anak-anak dituntut untuk bisa fokus, kreatif, cerdas dan aktif. Ruang kelas yang semi terbuka dan ada beberapa yang memang terbuka melatih anak-anak berkonsentrasi, terbukti, anak-anak bule yang saya temui sedang belajar menyanyi itu tidak peduli dengan kehadiran kami, mereka cuek saja menyanyi dan menari lompat-lompat. memang pada awal masuk sekolah mereka masih suka terganggu, tapi seiring berjalannya waktu mereka bisa mengatasi itu.

Kurikulumnya seperti sekolah pada umumnya, ada ekskul juga, tapi anak-anak disini juga belajar bagaimana berbisnis. Tingkat pendidikan yang tersedia dari play group, kindergarten, grade 1-10.

Sayangnya saya kesana sore hari, sehingga proses belajar disana tidak bisa banyak saya ikuti. Di seolah ini, anak-anak juga diajarkan untuk ramah terhadap alam, dari hasil karya mereka banyak sekali yang memanfaatkan barang-barang bekas. Saya melihat hasil karya lukis mereka, kerajinan tangan dll.

Oiya, green school punya pembangkit listrik sendiri loh, sebenarnya konsep gedung bambu ini tidak menggunakan penerangan dan AC, udah adem dan terang kok. Lampu hanya digunakan pada saat darurat seperti ketika saya berkunjung kesana: Hujan dan mendung tebal, sehingga membutuhkan penerangan lebih.

Kabarnya toilet green school juga unik, tapi saya belum melihatnya, jadi saya gak bisa cerita banyak. Yang menarik lagi, di tiang-tiang bambu tertulis beberapa nama orang, ternyata itu adalah orang yang memberikan donasi untuk green school. Saya melihat ada beberapa nama artis dalam dan luar negeri juga loohh.. =D

Saya juga berfoto di salah satu tiang bambu yang bertuliskan 'Just for Love' hahahaha

Me and my Mas :D

Kalo dari maketnya, atap green school keliahatan kayak rumah keong. Asik ngebayangin punya rumah seperti ini, tapi maintenance nya itu kayaknya ribet. green school aja dalam jangka waktu 15 tahun harus diganti bambu baru lagi. Ya memang gak semuanya langsung, tapi bertahap. Kasihan juga nanti ganggu proses belajar mengajar.

Maket green school

***

Green School berlokasi di daerah Sibang Kaja, Badung, Bali. Sekitar 20 menit ke arah utasa dari denpasar dan 15 menit ke arah selatan dari Ubud. Tempatnya terpencil, saya harus berjalan jauh ke pelosok karena bis gak bisa masuk sampai depan green school. Saran saya mending sewa mobil atau motor, hehehehe

Jika ada waktu ke Bali berkunjunglah kesana, terutama untuk orang-orang yang gila akan pendidikan yang 'berbeda' dan seni bangunan atau arsitektur. Saya jamin gak akan nyesel. Kenapa? Rahasia, buktikanlah sendiri hehehehe...

Kalau ingin tau lebih banyak soal green school>>>> About Green School

>>>Foto-foto bukan hasil jepretan saya yah, hehehe. itu saya copy punya teman-teman saya, tapi waktu pengambilannya sewaktu sya datang kesana kok =D


Action dulu sebelum pulang

My Favourite, make me sooo sleepy



Selengkapnya...