Ulang tahun saya vs Pangrango

Saya bingung harus memulai dari mana. Yang saya tahu pasti saya sedang merasa gundah, saya sedang merasa diperlakukan jahat atau tidak adil. Tapi, sejujurnya ada yang berkecamuk dalam hati saya (halaahhh...).
Begini, mengenai saya dan mas, hehe, hidup saya akhir-akhir ini penuh dengannya. Saya tidak sedang bertengkar memang, kami masih berkomunikasi seperti biasa, masih terkadang memanggil ’cinta’. Masih mengucapkan selamat tidur, selamat pagi dan memberi semangat ketika kami sama-sama akan berangkat bekerja.
Lalu apa yang salah? Ini yang saya tidak mengerti. Saya tau mas sangat menggilai berpetualang. Dia rindu naik gunung, itu yang dia beritahukan pada saya dengan segenap kemelankolisan yang dia punya (bahkan dia tidak pernah seperti itu pada saya). Tapi dia ingin melaksanakannya pada hari ulangtahun saya. Padahal jauh-jauh hari kami sudah bersepakat untuk menghabiskan waktu berdua di hari itu. Bagaimana mungkin saya tidak gundah??
Hati saya berontak, saya sempat marah, marah sekali.... saya memang belum menumpahakan amarah saya kepada mas, saya bingung...
Di sisi lain saya juga merasa egois, saya takut saya salah melarang-melarang kesenangan mas. Tidak adakah jalan tengah??
Saya ingat perkataan seorang teman kalau laki-laki sejenis mas nobel saya itu memang jangan terlalu diikat, biarkan dia bebas karena dia tidak akan berpaling. Intinya adalah laki-laki yang terobsesi pada satu hal dia hanya akan melihat hal itu. Tapi kan saya sudah merencanakannya jauh-jauh hari? Kenapa dia sekonnyong-konyong membatalkannya hanya karena kemelankolisannya yang mendadak rindu mendaki itu?
Salahkah saya menuntut janji saya?
Salahkah saya melarangnya?
Salahkah saya memaksakan kehendak??

”untuk mas dan gunung dinda harus rela mengalah” katanya
Posisi saya tidak menguntungkan kali ini, saya hanya bisa berharap keajaiban....

Mungkin ulang tahun saya memang tidak semenyenangkan menaklukkan pangrango..


0 Responses

Post a Comment