Mitos dan Primbon Jawa Dalam Otak Saya

Sore ini saya tergelitik untuk menulis apa yang sering say apikirkan tentang mitos. Saya hidup dan besar di lingkungan yang penuh mitos dan legenda, maklum orang jawa. Di sisi lain saya boleh berbangga karena ibu saya membekali saya dengan ilmu agama yang cukup (atau malah kurang saya gak tau pasti) intinya saya tau rukun iman, rukun islam dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Hahahaha (hhhmmm…..ada saat dimana kondisi ini saya rasakan agak menyedihkan)

Well, selama ini saya gak pernah pusing dengan namanya perbedaan. Sudah berulang kali saya cerita, keluarga saya teramat plural, berbagai macam suku dan agama bersatu dan rukun di dalamnya pokoknya bhinneka tunggal ika. Merdeka!

Jadi begini, saya Cuma ingin ‘berdamai’ dengan setiap adat istiadat suatu daerah tertentu. Terutama adat istiadat jawa. Saya lelah ketika saya harus berdebat panjang dengan orang lain atau diri saya sendiri ketika adat istiadat itu dihubungkan dengan halal-haram, musyrik, atau syirik. Kenapa? Saya kan (calon) peneliti sosial (aamiin Ya Robb) kalo saya berkutat dengan itu apa saya gak digamparin massa? Contoh: di suatu daerah menggelar upacara adat sebelum masa tanam padi, banyak sesajen untuk Dewi Sri, apa yang terjadi kalo saya lagi riset disana terus bilang: itu gak boleh!! Kan saya bisa mati (oke, ekstrim) minimal saya gak diterima disana dan gak dapat data. Lagi, kalo dalam hati saya tertanam kebenaran sosial biner bukankah laporan riset saya bakal condong ke arah tertentu dan jadi subyektif?

Jadi, jangan terlalu negatif memandang apa yang saya pilih, saya ingin ada di tengah, (lagi) sebagai (calon) peneliti sosial (aamiin Ya Robb). Selebihnya, urusan agama biar menjadi urusan saya pribadi, hhmmm, saya dan Allah SWT.

Mitos di Jawa ni unik-unik loh. Pernah dengar mitos orang hamil harus selalu bawa peniti di bajunya?? Percaya? Hahahaha. Begini, ini adalah adat istiadat turun-temurun diJawa. Katanya ini berguna untuk mengusir mbak kunti yang bakal ganggu ibu hamil. Dan si mbak kunti itu takut sama benda tajam. Kata orang yang ‘bisa lihat’ memang mbak-mbak kunti itu suka sama bayi, jadi dia gangguin ibu hamil itu buat ngambil bayinya. Banyak-banyak berdoa biar gak diganggu, yaaa…. Kalo gitu, saya gak akan nulis. Nah, bagaimana saya menerima hal itu dengan lapang dada? Saya dulu sinis loh ‘kayak gitu kok dipercaya’. Hasilnya? Saya balas ditatap sinis sama nenek saya ‘iki ki ajarane wong tuo!’ (ini itu ajaran orang tua) nah looo,,,saya menyakiti hatinya.


Akhirnya, pemikiran saya begini, ketika kita diganggu nyamuk kita pasti pakai anti nyamuk kan? Mau yang semprot, elektrik, atau yang oles. Bisa juga memakai tumbuhan Zodia, yang mengeluarkan aroma yang gak disukai nyamuk. Bagaimana kalo kita menganalogikan mbak kunti sebagai nyamuk? Nah anti nyamuknya ya peniti dan benda tajam lainnya itu? Simple kan?? :D


Saya juga pernah heran, bayi-bayi tetangga saya seringkali memakai gelang dan ‘perhiasan’ dari bengle, bengle itu semacam rempah-rempah dan baunya gak enak. Katanya ‘biar gak kena sawan’ heloooo…. Saya sendiri gak ngerti loh contoh kongkrit dari kena sawan itu gimana. Pernah lihat bayi seringkali fokus ke arah tertentu, memperhatikan sesuatu, kemudian tertawa atau menangis sendiri? Ini ada hubungannya dengan contoh kasus pertama dan perhiasan bengle tadi. Nah, selain benda tajam, mbak kunti juga gak suka bau bengle ini. Itu sih simplenya. Sepupu saya si wiki, dulu juga begitu, yang sering dia perhatikan, diatas lemari. Tapi tante saya gak kasi bengle, ya tiap masuk kamar didoakan, baca an-naas sampai al-ikhlas dulu. Sekarang udah gak begitu. Ini cara saya berdamai dengan mitos yaa… mau dipake yang mana sih terserah aja.

Lain lagi soal PRIMBON dulu saya Cuma buat lucu-lucuan loh baca ramalan primbon. Tapi sekarang saya banting stir menjadi pengagum primbon. Serius. Begini, malu saya mengakuinya. Lagi-lagi tentang sepupu saya, Wiki. Wiki itu, tepat lahir pada tanggal 1 Muharram, 1 suro kalo orang jawa bilang. Nah, menurut tradisi jawa orang tua anak harus mengadakan ritual ini itu demi keselamatan si anak. Hari ini hari keramat sih. Belum juga katanya anak ini nantinya cenderung ‘sulit’, kemauannya keras dll. Kebanyakan berkembangnya ke arah negatif. Bude dan ibu saya bilang, untuk menenangkan om dan tante saya “yaahh, orang dulu yang lahirnya suro kebanyakan begitu”.

Itu jadi tamparan keras loh buat saya. Saya malu sudah sinis sama yang namanya ajaran primbon. Kenapa orang bisa menyimpulkan anak yang lahir bulan suro nantinya begini? Karena kebanyakan orang jawa jaman dahulu yang lahir bulan suro pasti begitu. Ini adalah satu bentuk penelitian sosial sederhana yang dilakukan oleh nenek moyang orang jawa!!! Iya kan? Mereka gak gak bisa menyimpulkan begini kalo mereka gak memperhatikan dengan seksama latar belakang hari kelahiran mereka. Banyangkan mereka punya kesimpulan karakter manusia secara rinci dalam 360an hari. Berikut pekerjaan yang umumnya mereka lakoni serta sukses di dalamnya. Pernah membayangkan berapa jumlah sampel dan lama penelitiannya? Ada yang mau iseng bikin contoh proposal penelitian PRIMBON biar jadi tampak sedikit ilmiah? Hehehehe…

Sekarang saya masih mencari jawaban bagian mana dari primbon yang dulu saya anggap mistis. Entah kenapa saya jadi bingung.

Saya kasih satu contoh sangat sederhana, pernah kan kita men-judge orang begini “orang itu mukanya kayak penjahat” “jangan dideketin, muka playboy” seorang sahabat saya yang waktu itu belum kuliah psikologi aja bisa mencap pacar sya ketika itu dengan kalimat begini “kayaknya kok dia pembohong ya?”. Pikirkan kenapa kita bisa memberi kesimpulan begitu: karena kebanyakan penjahat punya tampang khas, karena playboy punya wajah, sikap, dan tatapan mata tertentu, karena pembohong….. (ohh,oke, saya belum tau kriteria muka pembohong). Iya kan? Saya ingat ketika kuliah sosiologi kriminal, saya diterangkan bahwa sebagian besar kriminal mempunyai struktur tulang dagu, tulang rahang dan tulang dahi tertentu. Ini adalah ilmu kriminal. Dan primbon pun begitu, gak ada bedanya kan? Masihkan menganggap mistis primbon itu? Kalo saya gak, anda sih terserah :D

Ada lagi, ketika saya ke Bontang bulan lalu, kami sedang sarapan di Bontang kuala, mau menuju pulau beras basah. Di sebuah warung nasi kuning. Ibu penjual warung itu bercerita, kalai di pulau beras basah ada pohon pandan yang banyak tali-nya, tempat orang minta hajat, beliau bilangnya. Lebih lanjut, ibu itu bercerita begini, ketika orang itu punya hajat ia akan datang ke pulau beras basah dan mengikatkan tali ke pohon pandan itu, dan orang itu biasanya akan berjanji kalau hajat atau keinginannya terpenuhi ia akan kembali ke beras basah dan lelepas tali yang ia ikatkan. Apakah pohon pandan itu yang mengabulkan permohonan?

Pandan tempat mengikat tali, bukan di pohon pandannya ternyata (-.-')
@pulau Beras Basah
Biasa kita akan termakan mentah-mentah kan? Pasti kita beranggapan itu pohon keramat. Teman saya ada yang gak berani foto disana? Saya?? Berani dooonkkk, gak ada yang mistis. Kenapa? Saya mencoba berpikir realistis. Menurut saya ini adalah sebuah nadzar, contoh saya punya keinginan, misalnya saja saya pengen punya apartemen, terus saya ikatkan tali di pohon itu, dan saya berjanji pada diri saya, kalo saya nanti punya apartemen saya akan kembali ke beras basah untuk melepas tali. Ini semacam nadzar kan? Ibu penjual nasi kuning itu juga bilang, “yah percaya gak percaya ya mbak” lah, menurut saya sih justru terlalu jauh kalo kita percaya pohon itu yang akan mengabulkan permintaan kita, itu sih jelas gak masuk akal. Saya sempat loh ingin mengikatkan tali, tapi saya mikir lagi, dari jawa ke bontang biayanya mahal, pesawat ke balikpapan PP, taksi ke bontang PP, sewa perahu ke beras basah, waduh….akhirnya saya gak jadi ikatin tali hehehehe.

Masih banyak yang bisa dibahas, tapi nanti bisa jadi novel. Kenapa sih saya nulis begini? Alasan saya sederhana, saya gak mungkin gak menghormati tradisi nenek moyang saya yang sudah trun temurun, kedua saya gak mau terlalu terbebani dengan cap musyrik, syirik dll karena dosanya besar dan tidak terampuni, makanya saya merubah pemikiran saya, selain sebagai (calon) peneliti sosial tentunya. 

Nah, saya senang bisa berdamai dengan tradisi Jawa yang indah dan penuh santun ini, saya jadi makin ingin tahu lebih banyak, saya yakin ada alasan sangat logis dari setiap adat dan tradisi jawa, bukan hanya berujung dengan kata ‘ora elok’, gak ada asap tanpa api, saya yakin itu.

>>>relevansi primbon jaman sekarang memang perlu ditelusuri lebih lanjut, primbon adalah penelitian jaman dulu, pengambilan sampel masyarakat jawa yang masih kental dengan tradisi dan adat jawa. Saya masih belum tau apakan primbon juga berlaku untuk etnis lain atau orang jawa yang sudah lama tinggal diluar jawa dengan adat istiadat berbeda. Mungkin intuk etnis tionghoa ini seperti Feng shui.

4 Responses
  1. UZUMAKICHIGO Says:

    Wahhh....thnx info'x buat referensi novel nih


  2. weh percaya gk percaya sie ,, tpi aq lahir 1 suro juga keras sie kemauan nya ,,, y hanya allah SWT yg tau ,, Thank's atas infonya :)


  3. KITCHEN46 Says:

    Pada dasarnya lahir dibulan apapun itu baik tetapi Allah mempunyai maksud tertentu dengan berbedanya hari bulan atau tahun.."lihatlah dilangit terdapat tnda-tanda"


  4. Unknown Says:

    Mau tanya nih,, gelang yang dipakai sama bayi kalau di Jawa itu namanya apa?
    Sebenar Nya saya orang Jawa tapi saya g tau nama Nya apa.
    Waktu itu saya dibawakan bengle yang dikasih peniti sama Ibu ku kan saya lagi merantau,tapi bengle yang saya bawa udah habis jadi saya berencana mau pakai gelang tsb yang biasa dipakai sama bayi-bayi di Jawa.tolong info Nya...


Post a Comment